Kamis, 15 November 2012

Hujan!

Rain of Tears
Miko, kau merusak tidur siangku. Getaran ponsel akibat kiriman pesan singkatmu membuat nadiku bergerak untuk segera membacanya. Hujan telah reda. Mungkin saat aku nyenyak tertidur. Hanya bekasnya yang bisa kutangkap. Menempel butiran-butiran air di dinding-dinding kaca, dedaunan, di semuanya. Membuat basah segala yang tak mendapat sandaran untuk berteduh.

Hujan selalu punya kesan yang berbeda disetiap kedatangannya. Kali ini, datangnya membawa kabar yang menyesakkanku. Dengan mata yang rasanya masih berat, kubuka pesan darimu. Rasa dingin sekejap menelusup ke setiap sistem sarafku. Aku menggigil. Tanganku tak kuasa menulis balasan untukmu. Katamu masa mudamu terenggut. Katamu kau tak kan bisa lagi punya masa seperti mereka. Dan katamu kau takkan seperti yang dulu.

Seribu kali kukatakan maaf padamu, bisakah merubah ini? Aku sendiri tahu persis jawabannya pasti TIDAK! Itulah alasan aku tak mau mengatakan maaf lagi padamu. Aku tak bisa. Maafku hanya bisa kukirimkan lewat isyarat sehalus udara. Mendapati kau tak membenciku saja, aku bahagia. Kau memang baik. Terlalu baik malah.

Kubalas pesanmu dengan beberapa lirik lagu Muda dari Agnes Monica. Harapanku kau sadar tidak ada yang terenggut dari dirimu. Bukan kata tidak mampu, tak perduli usiamu, kamu muda kamu bisa. Air mataku terasa hangat mengalir di pipi. Aku menangis lagi. Untuk yang kesekian kalinya. Menangis untukmu. Ya! Hanya untukmu.

Kau membalas pesanku. Kau tanya aku pantaskah kau menangis. Seketika kuteringat sajakku hari itu untukmu. Aku tulis di sana jika aku ingin mendengar tangisanmu. Aku ingin melihatmu menangis di hadapanku. Kukirim sajak itu padamu. Berharap kau bisa menyimpulkannya sendiri. Cukup panjang.
Dan benar. Kau bisa menyimpulkan tanpa salah sedikitpun.

Lalu kau bertanya lagi padaku, salahkah jika sekarang aku jatuh cinta? Lama aku berfikir dan menahan air mata agar tidak menambah debitnya. Cukup dengan rasa sesak yang sangat menyesakkan hatiku kali ini. Aku tak berhak mengikatmu memang. Aku bukan siapa-siapamu. Aku hanyalah pembawa bencana bagimu yang berusaha menjadi malaikat tanpa sayapmu. Aku orang jahat. Tak mau menjadi lebih jahat dengan menahanmu.

Akulah orang pertama yang kau beritahu, kan? Kau minta pendapatku bagaimana jika kau bersamanya? Kau tanya bagaimana dia menurutku? Kau tanya juga mungkinkah ini terlalu cepat? Dan kau memohon padaku untuk tidak mengatakan pada siapapun?

Aku jawab semuanya setulus hatiku. Sepengetahuanku. Sebagaimana harusnya menjadi seorang kawan. Aku berusaha sebaik-sebaiknya. Berusaha tetap tersenyum untukmu meskipun rasa sesak tak pernah lekang dari hati.

Tak usah perdulikan aku. Bahagiakanlah jiwa dan ragamu. Berubahlah menjadi kau yang sekarang. Kau yang akan semakin terang. Kau yang tak akan meredup barang sepersekian detikpun. Aku tak akan meninggalkanmu, kawan!

Biar Maura jatuh cinta padamu, tapi tak perlu kau tahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar