Kamis, 22 November 2012

Every Silence Has A Story

Meaning of Love
“.....

Waktu terus berlalu. Emosi dan perasaan datang dan pergi silih berganti. Seperti bulan dan matahari. Siang dan malam. Semua yang ada di dunia ini berjalan secara alami. Mengikuti naluri. Maka, satukanlah hidup-mu dengan irama alam. Seperti matahari yang tak pernah memaksa untuk menerangi malam. Atau bulan yang selalu ingin jadi purnama setiap hari. Semuanya harus selaras. Seperti alam yang menyesuaikan diri dengan penuh kesabaran, namun meyakinkan.
Niscaya, hidup akan terasa jauh lebih ringan dan mudah jika kita berserah diri. Berpasrah. Bersabar. Tapi, juga yakin bahwa semua akan berlalu, bahwa kemarin bukanlah milik kita dan hari esok belum tentu jadi milik kita.
Amin.”
Itu adalah dua paragraf terakhir dari novel Cerita Dalam Keheningan karya Zara Zettira ZR. Aku baru saja rampung membacanya. Tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikan sebuah buku yang cukup menarik. Sampulnya minimalis, manis, cantik. Aku tak berniat menulis resensinya. Aku hanya ingin mengungkapkan unek-unekku setelah membaca buku ini.
Banyak argumen yang diungkapkan oleh Zaira, tokoh utama, yang membuatku sadar kemudian mengangguk setuju seperti hanya ada satu Tuhan dan semua agama adalah hanya sebuah jalan untuk menuju satu tujuan yang sama yaitu kebaikan. Banyak juga hal yang sebelumnya tak begitu kuperhatikan menjadi kupikirkan lagi. Tentang tidak semua hal harus diungkapkan lewat rangkaian kata-kata untuk saling memahami. Seperti ibuku yang bisa memahami perasaanku tanpa aku harus menceritakan isi hatiku padanya. 
Lembar demi lembar masalah yang dialami Zaira membuatku semakin bijak dalam menjalani hidup ini. Semua bisa ada karena cinta, namun semua juga bisa musnah karena cinta. Aku menjadi semakin bingung dengan arti cinta. Bukankah kita hidup karena cinta? Mungkinkah kita hidup tanpa cinta? Mengapa cinta yang besar justr bisa membunuh kita? Bagaimana kita seharusnya menghadapi cinta? Entahlah, aku belum benar-benar mengetahuinya sekarang. 
Yang jelas, karena cinta Zaira pada ayahnya yang terlalu besar, membawanya pada jurang permasalahan. Membuatnya seperti orang gila, terpenjara dalam rasa bersalah, dan membuatnya berulang kali berusaha bunuh diri untuk dapat bersama lagi dengan ayahnya. Benar saja jika cinta itu misterius penuh daya magis. Kecintaannya pada sang ayah telah menimbulkan suatu ketergantungan pada dirinya. Hidupnya menjadi tak bermakna tanpa cinta ayahnya. Wow! Karena itulah, janganlah berlebihan mencintai seseorang. 
Dalam mencari jawaban dari masalah-masalah yang menggelayuti pikiran, nalurilah yang bisa memberi jawaban. Dengan berdiam dalam keheningan. Naluri itu murni, tak seperti pikiran yang terpengaruh oleh masa lalu. Naluri bisa membedakan mana baik dan mana yang buruk tanpa harus diajari. 
Membaca buku ini, seperti membaca sepenggal kisahku. Aku ingin mencoba berpegang pada masa sekarang, menganggap masa lalu sebagai kenangan, dan menyambut masa depan sebagai rahasia Tuhan. 
Menjalani hidupku seperti aliran air yang terus mengalir dan menyambut seseorang yang akan memberikan makna cinta padaku. Aku tak keberatan masih sendirian, asalkan jangan kesepian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar